Rabu, 26 Desember 2012

Fashionpedia : Mengenal Sosok Anna Wintour


Dalam industri fashion, tidak ada yang tidak mengenal Anna Wintour, dia adalah seseorang yang paling diharapkan berada di deretan depan kalau kalian adalah seorang fashion designer. Bagi kalian yang berharap menjadi supermodel, akan menjadi impian bisa berada dalam majalah fashion ternama Vogue, di mana Anna menjabat sebagai editor in chief Vogue Amerika sejak 1988.

Anna Wintour lahir pada 3 November 1949 silam. Ayahnya, Charles Wintour adalah editor London Evening Standart, sedangkan sang ibu, Eleanor 'Nonie' Trego Baker, adalah profesor hukum lulusan Harvard. Kemudian kedua orangtua-nya bercerai, sampai akhirnya sang ayah menikah lagi dengan Audrey Slaughter yang merupakan editor majalah. Ternyata, Anna masih memiliki darah kerajaan, melalui nenek buyutnya yang merupakan Duchess of Devonshire. Darah jurnalis tidak hanya menurun pada Anna, demikian pula adik laki-lakinya, Patrick yang juga seorang jurnalis dan editor politik di The Guardian. Sementara James dan Nora Wintour bekerja dalam pemerintahan London.

Anna yang mulai menggunakan ciri khas rambut bob di usia 14 tahun telah memiliki ketertarikan terhadap dunia fashion sejak remaja. Di usia ke-15 Anna mendapatkan pekerjaan pertamanya di Bibaba Boutique. Tahun berikutnya Anna meninggalkan pendidikannya di North London Collegiate dan memulai program pelatihan di Harrods, ia juga mengambil kelas fashion di dekat sekolahnya. Dan kemudian karir-nya sebagai fashion jurnalis dimulai saat kekasihnya (Anna dulu dikenal karna ia kerap mengencani pria yang jauh lebih tua) memberikan pengalaman pertama baginya bekerja dalam produksi majalah Oz yang tengah populer.

Tahun 1970, saat mahalah fashion Harper's Bazaar UK bergabung dengan Queen dan merubah nama menjadi Harper's & Queen, Anna dipekerjakan sebagai salah satu asisten editorial. Tapi ternyata ia sudah lama menginginkan pekerjaan sebagai editor majalah Vogue. Kemudian setelah perseteruannya dengan editor Min Hogg, yang disebut-sebut sebagai saingannya, ia berhenti bekerja dan pindah ke New York bersama kekasihnya pada saat itu, freelance journalist Jon Bradshaw.


Di New York Anna memulai karir sebagai junior fashion editor Harper's Bazaar pada 1975. Oleh seorang teman Jon, Anna diperkenalkan kepada Bob Marley, dan menghilang selama seminggu! Beberapa bulan kemudian Jon membantu Anna mendapatkan posisi sebagai fashion editor di Viva, majalah wanita dewasa yang dimulai oleh istri publisher Penthouse Bob Guccione, Kathy Keeton. Karir Anna semakin meningkat, ia berada pada posisi yang mengharuskannya menjaga reputasi. Tahun 1978 Guccione menutup Viva, selama beberapa tahun Anna memilih tidak bekerja, baru pada 1980 ia kembali bekerja di majalah wanita yang baru saja berdiri, Savvy.

Tahun berikutnya Anna menjadi fashion editor New York. Di sana karya fashion spread dan photoshoot-nya sukses menarik perhatian banyak pihak, hingga editor Edward Kosner memberinya kesempatan mengerjakan bagian cover. Hasilnya? Anna sukses membuat New York mendapatkan penjualan tertinggi. "Anna melihat sesuatu yang datang dari seorang celebrity sebelum yang lain melihat hal  tersebut." Ujar Grace Coddington.

Dan kesempatan yang ia nantikan pun datang ketika seorang teman mengatur sesi interview-nya dengan editor Vogue Grace Mirabella, dan dengan tegas ia mengatakan kalau ia menginginkan pekerjaan di Vogue. Anna pun memulai karir sebagai creative director pertama di Vogue. Ia membawa perubahan bagi Vogue, sering kali keputusan ia buat tanpa sepengetahuan Grace, menjadikannya buah bibir di antara para staff. Setahun kemudian Anna mengambil alih British Vogue setelah Beatrix Miller pensiun.

Anna melakukan banyak perubahan pada British Vogue, termasuk mengganti banyak staff dan lebih mengkontrol segala pergerakan, hingga ia dijuluki 'Nuclear Wintour' oleh para staff di majalah fashion tersebut. Anna ingin menjangkau lebih banyak wanita sebagai konsumen British Vogue, "ada jenis wanita baru di luar sana", ujarnya pada Evening Standard. "Mereka tertarik dengan bisnis dan uang. Mereka tidak memiliki waktu untuk berbelanja lagi. Mereka ingin tahu apa, mengapa, kenapa, di mana, dan bagaimana." Yes, Anna ingin menjangkau para wanita karir seperti dirinya.

Tahun 1987 ia kembali ke Amerika dan mengambil aluh House & Garden. Lagi, ia melakukan banyak perubahan, bahkan membatalkan photo spreads dan artikel bernilai 2 juta dollar di minggu pertamanya! Ia memasukkan banyak fashion hingga akhirnya majalah tersebut lebih dikenal dengan House & Garment. 

Tahun 1988 Anna menjadi editor Vogue Amerika di bawah Mirabella, di mana Vogue saat itu lebih fokus pada lifestyle ketimbang fashion, kemudian orang-orang di dalamnya pun takut kalau majalah ini akan kehilangan identitasnya. Dan lagi, ketika Anna benar-benar mengambil alih, ia melakukan banyak perubahan pada staff, juga gaya pada sampul depan majalah. Ketika Mirabella identik dengan foto close up wajah para model ternama di dalam studio, Anna memperlihatkan lebih banyak bagian tubuh dan jarang menggunakan model ternama, dan memadukannya dengan pakaian-pakaian mahal dan gaya high fashion. First magazine issue yang ia tangani adalah November 1988, ia membuat untuk pertama kalinya model cover Vogue menggunakan celana jeans. Edisi Juni 1989, Vogue mulai mencantumkan nama fotografer, model, make up artist serta hair stylist yang terlibat di dalamnya. Vogue pun kembali pada identitasnya, fashion.

Di tahun 2008 krisis ekonomi juga ikut berimbas pada Vogue dan karir Anna, ia mengalami masa-masa sulit, bahkan banyak isu beredar ia akan segera pensiun. Nama Carine Roitfeld editor Vogue Perancis dan editor Vogue Russia Aliona Doletskaya disebut-sebut akan menggantikan posisi Anna Wintour. Tahun 2009 Anna tampil dalam 60 Minutes, menjelaskan kalau ia tidak akan pensiun, "bagi saya sangat menarik berada di posisi ini dan menurut saya akan sangat tidak bertanggung-jawab utuk tidak melakukan yang terbaik dan membawanya pada masa yang lebih baik." 

Perjalanan panjang hingga akhirnya sampai kini Anna bertahan sebagai editor in chief Vogue Amerika, Anna juga adalah penggagas event tahunan Fashion Night Out. Anna disebut-sebut sebagai editor fashion paling berpengaruh di dunia, dugaan ini semakin diperkuat ketika mantan personal asistennya, Lauren Weisberger, menulis The Devil Wears Prada yang akhirnya menjadi salah satu film fashion yang sukses. Dalam film tersebut kita bisa melihat seberapa besar kekuatan seorang editor fashion yang diperankan oleh aktris Maryl Streep, Miranda Priestly, terhadap industri fashion termasuk karya fashion designer. Di tahun 2009 R.J. Cutler juga membuat film dokumenter mengenai seorang Anna Wintour berjudul The September Issue.


Hingga kini kritik terus berdatangan untuknya, mulai dari PETA yang 'mengutuk' kesukaan Anna akan produk fashion dengan bahan dasar kulit dan bulu binatang, atau yang lebih serius menggunakan majalah fashion sebagai alat promosi pandangan feminis dan kecantikan. Yang terakhir adalah keterlibatannya dalam dunia fashion, menggalang dana untuk terpilihnya kembali Barack Obama.


Pujian pun banyak ia dapatkan lantaran dukungannya terhadap fashion designer muda, yang bahkan tidak dikenal sekalipun. Kabarnya Anna adalah orang di balik terpilihnya John Galliano untuk rumah mode Christian Dior, walaupun kini John telah dipecat akibat tindakan rasisnya. Anna sukses membujuk Donald Trump untuk meminjamkan ballroom di Plaza Hotel pada Marc Jacobs, sebagai tempat fashion show, di mana saat itu Marc tengah kesulitan keuangan. Melalui CFDA/Vogue Fund Anna menggalang dana untuk mendukung para desainer muda yang belum dikenal. Dan sejak tahun 1990, Anna telah sukses menggalang dana lebih dari 10 juta dollar untuk penderita AIDS, melalui berbagai event yang ia selenggarakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar