Selasa, 26 Februari 2013

TOMS Shoes: Bisnis untuk Memberi


Ide bisnis bisa datang dari mana saja. Seorang entrepreneur memang seharusnya selalu memancangkan antena radarnya, agar bisa selalu aware dan tanggap terhadap signs yang ada di sekitarnya.

Bulan Puasa lalu beruntung saya sempat buka bareng mas Handoko, pengarang buku “Brand Gardener”, di foodcourt PIM-1. Banyak pencerahan yang saya dapat. Salah satunya beliau cerita tentang TOMS Shoes dan buku yang ditulis pendirinya Blake Mycoskie, Start Something That Matters. Kebetulan foodcourt ini bersebelahan dengan Periplus. Jadi deh malam itu saya langsung bawa pulang buku tersebut.

Saya tidak akan merensensi isi buku tersebut. Silakan baca sendiri buku yang menurut saya ditulis oleh orang yang luar biasa ini. Saya hanya akan cerita sedikit tentang ide pendirian TOMS ini.

Pada 2006, Blake, seorang pengusaha sekolah mengemudi, melakukan travelling ke negara yang sudah lama jadi incarannya, Argentina. Saat di sana, ia mengamati rata-rata orang memakai sepatu khas nasional mereka yang dinamai alpargata. Sepatu yang kasual, ringan, dan simple. Terlintas ide, kalau model sepatu seperti ini dibawa ke pasar Amerika dan sedikit dimodifikasi mungkin akan laku. Cuma dia langsung meng-cut ide tersebut, dengan alasan dia sedang ingin berlibur, tidak sedang ingin berbisnis.

Menjelang akhir tripnya, dia bertemu dengan kelompok sosial yang sedang mengumpulkan donasi berupa sepatu yang akan diberikan kepada anak-anak yang membutuhkan. Ternyata di Amerika Selatan banyak anak-anak yang tidak bersepatu, bahkan di negara berkembang seperti Argentina.

Hari-hari berikutnya dia keluar masuk desa di sana, menyaksikan sendiri memang banyak anak-anak yang tidak bersepatu. Akibatnya banyak yang menderita infeksi, kaki lecet dan melepuh, serta penyakit lain.

Dia merasa terpanggil untuk mengatasi masalah ini. Kata orang, entrepreneurship is about solving problem. Masalahnya adalah, jika dengan cara mengumpulkan donasi, banyak keterbatasan yang dihadapi, dari segi jumlah sepatu yang didapat, juga jenis sepatu yang kadang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, dan tidak semua ukuran sepatu tersedia.

Lalu muncul ide di kepalanya, kenapa tidak membuat sebuah perusahaan produsen sepatu for-profit yang akan menjamin keberlangsungan donasi sepatu ini. Idenya sederhana: dari satu pasang sepatu yang terjual, perusahaan akan memberi satu pasang sepatu untuk anak yang membutuhkan. Dia men-trademark gerakan ini dengan One for One. Dan perusahaannya diberi brand TOMS: Tomorrow’s Shoes, sepatu untuk esok yang lebih baik.

Dengan modal nekat dan tanpa pengalaman, dia langsung action dengan mencari beberapa partner orang Argentina, dan membuat sample sepatu di pengrajin sepatu lokal. Hanya dengan bermodalkan 250 pasang sepatu model alpargata, Blake kembali ke Amerika untuk mempromosikan sepatunya. Dengan dibantu beberapa mahasiswa dan karyawan magang, TOMS mulai bergulir dan tanpa disangka berkembang dengan pesat.

What matter is the story behind the product. TOMS berkembang pesat karena story yang dibawanya. Ide bisnis yang unik dan konsep One for One-nya menjadi headline news di media lokal dan internasional. Hanya setahun setelah diluncurkan, TOMS mulai mendapat penghargaan-penghargaan lokal maupun internasional. September 2010 TOMS sudah mendonasikan 1 juta pasang sepatu. Saat ini TOMS sudah menyumbang sepatu di lebih dari 20 negara dan berpartner dengan organisasi-organisasi sosial dalam pelaksanaannya.

Tidak hanya sepatu, sekarang TOMS juga menjual kacamata. Dari setiap kacamata yang terjual, TOMS mendonasikan satu kacamata untuk anak yang membutuhkan. Bahkan buku ini pun, jika kita beli satu copy, mereka akan menyumbangkan satu buku untuk anak-anak yang membutuhkan.

Para pelanggan dan fans TOMS juga antusias mensukseskan ajang tahunan yang digelar perusahaan ini, One Day Without Shoes. Satu hari tanpa sepatu. Agar kita bisa sedikit merasakan kondisi anak-anak kurang beruntung yang sehari-harinya bertelanjang kaki.

Satu hal lagi yang menarik adalah, bagaimana TOMS meng-engage para fansnya di seluruh dunia dengan menggunakan social media, terutama Facebook dan Twitter. Karena bisnis skala UKM, mereka tidak punya budget besar untuk promosi. Socialmedia-lah alat yang efisien, murah dan efektif yang mereka gunakan. Fanpage-nya saat ini di-liked lebih dari 1,7 juta fans. Akun Twitter @TOMS di-follow 1,8 juta orang.

Dan menariknya, fanpage Facebook yang selalu updated itu tidak berisi jualan dan promosi produk, melainkan berisi kegiatan-kegiatan sosial TOMS yang diadakan di berbagai negara.

Quote favorit Blake adalah “Be the change you want to see in the world” dari Gandhi. Dan dia sudah buktikan itu. Be the part of solution. Action. Ga cuma omdo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar